Pertolongan Pertama Saat Tertusuk paku :
Pernah
tertusuk paku atau benda yang terbuat dari logam? Bisa di kaki, di
tangan atau di bagian tubuh lainnya.
Kali ini mencoba berbagi pengalaman
pas dinas diruang Gawat Darurat, jadi ya karena ini cerita pengalaman,
berarti gak ilmiah-ilmiah banget. Tapi saya akan berusaha mengingat dan
menjelaskan secara ilmiah.
Apa sih yang terbayang pertama kali ketika
tertusuk paku ??? Saya yakin setidaknya 8 dari 10 orang yang ditanya akan
khawatir terkena tetanus, karena memang kita sudah diajarkan dari jaman
dulu, yang namanya paku itu pasti berkarat, nah bakteri Clostridium
tetani memang suka menempel disitu.
Lalu apakah benda lain juga tidak
bisa? Salah, semua benda bisa menjadi tempat perindukan kuman tetanus.
Dulu sewaktu saya kuliah, saya pernah membaca sebuah artikel seorang
profesor meninggal karena penyakit tetanus, selidik-punya selidik, eh
ternyata kuman tersebut didapat ketika setelah makan profesor tersebut
memakai tusuk gigi dan melukai gusinya, nah dari situlah pertama kali
kuman tersebut masuk kedalam tubuh.
Untuk menghadapi luka tusuk,
itu susah-susah gampang, kadang juga ribet tergantung jenis lukanya sih.
Apabila tertusuk paku pada telapak kaki, yang harus pertama kita
lakukan adalah dengan mencabut paku tersebut,
berikutnya adalah proses membersihkan luka hingga benar-benar bersih.
Pembersihan luka dimulai dengan memberikan anastesi lokal, lazimnya sih
menggunakan lidocain, injeksikan mengelilingi sekitar luka tusukkan.
Setelah itu, buat robekan luka secara teratur membentuk huruf “X” dengan
titik tengah persilangan adalah luka tusuk (membuat robekan dilakukan
pada luka tusuk yang sempit), lebar dan dalamnya menyesuaikan dengan
dalamnya luka.
Tujuan dibuat robekan luka adalah agar mempermudah
pembersihan kotoran didalam luka tusuk. Setelah membuat robekan,
siramlah dengan larutan H202, biasanya akan timbul buih, gosoklah dengan
kuat, benar-benar digosok, sampai benar-benar bersih tak tertinggal
bekas karat yang menempel ataupun kotoran yang masih tersisa. Ingat!
Gosok dengan kuat, baru setelah benar-benar bersih, bilas luka dengan
menggunakan larutan NaCl 0,9% tekan-tekan sekitar luka hingga berdarah,
tujuannya adalah untuk menghilangkan cairan H2O2 serta membersihkan
luka. Langkah terakhir adalah sterilkan luka dengan cara menyiram dengan
cairan IODINE (Betadhine).
Yang harus diingat untuk langkah
berikutnya adalah, Clostridium tetani adalah jenis kuman anaerob, jadi
hidup dengan kadar oksigen yang sangat sedikit, jadi HARAM hukumnya
untuk membungkus luka atau menutup dengan kasa yang sangat rapat,
sehingga sirkulasi udara terganggu. Biarkan luka tetap terbuka, karena
hal tersebut akan menghambat pertumbuhan kuman tetanus jika ada, namun
kebersihan lukan dan kesterilan luka juga perlu diperhatikan. Pemberian
Serum Anti Tetanus juga perlu dipertimbangkan untuk diberikan, namanya
juga berjaga-jaga. Serum Anti Tetanus ada 2 jenis, nah sebagai perawat
jika mendapat order untuk memberikan serum ini harus diperhatikan.
Serum
anti tetanus ada dua jenis:
- Serum yang dibiakkan
dari kuda (Anti Tetanus Serum), nah karena sifat kuda dengan manusia
yang tentunya lain, maka sebelum menginjeksikan secara IM, maka harus
dilakukan uji alergi obat (Skin test), caranya adalah dengan menggunakan
spuit 1 cc, ambil 0,1 lalu encerkan dengan aquadest hingga 0,5 – 1 cc
kemudian injeksikan dengan cara IC, lingkari dan tunggu 10 – 20 menit,
bila tak muncul gejala gatal, panas atau kemerahan, maka aman untuk
diinjeksikan, dan harus diingat, dosis dewasa dan anak-anak untuk obat
ini berbeda.
- Serum yang kedua adalah serum yang dibiakkan menggunakan
organ manusia (Tetagam), kalo penggunaan obat ini lebih mudah, bisa
langsung diinjeksi secara IM, dan dosis dewasa maupun anak-anak sama,
yaitu 1 ampul. Sebagai perawat, kita harus memberi pertimbangan yang
jelas kepada pasien, secara harga Anti Tetanus Serum setengah harga dari
Tetagam, namun kerugiannya harus di tes alergi terlebih dahulu, bila
alergi, maka pemakaian Tetagam adalah harga mati.
Ini hanyalah
catatan sebuah pengalaman saya, yang ketika dibenturkan dengan isu
Undang-undang Keperawatan saya sudah melewati wewenang saya, tapi
dimanapun sebagai seorang tenaga kesehatan, nyawa manusia tentunya lebih
diutamakan , ketika situasi dan kondisi mewajibkan kita berlari, tak
mungkin kita hanya merangkak.
Semoga bermanfaat, Wallahu ‘alam Bi
Shawab...